Sebagai teknologi yang sudah ada selama dua abad, percetakan cukup rentan terhadap mitos, rumor, dan kesalahpahaman. Kita semua tahu bagaimana kelanjutannya. Seseorang mengatakan sesuatu dan akhirnya viral. Setelah beberapa waktu, mitos-mitos percetakan ini akhirnya diterima sebagai kebenaran.
Tidak semua orang tahu bagaimana keadaan di industri ini, dan kami di sisi bisnis percetakan ingin mengatasi kesalahpahaman setiap individu. Kesalahpahaman tentang percetakan ini tidak hanya merugikan industri percetakan secara umum, namun juga menyebabkan hilangnya peluang pemasaran.
Sudah saatnya kita mengatasi hal ini. Untuk memulainya, berikut adalah beberapa mitos pencetakan paling umum yang sudah terbantahkan.
4 mitos pencetakan yang umum yang tidak lagi valid
1. Hasil cetak tidak ramah lingkungan.
Sekilas, mengatakan pemasaran cetak tidak ramah lingkungan agak masuk akal. Kertas berasal dari pohon. Saat ini kita menghadapi masalah deforestasi. Kita perlu menyelamatkan pepohonan. Oleh karena itu, kita harus berhenti menebang pohon dan beralih ke digital, karena hal itu akan menyelamatkan pohon. Namun, ini adalah salah satu mitos pencetakan yang paling menyesatkan karena beberapa alasan.
Pertama, kertas tidak menghabiskan sumber daya alam kita yang terbatas. Sebaliknya, produksi kertas justru mendorong pengelolaan hutan lestari. Menurut Two Sides North America, sebuah inisiatif global yang mempromosikan kehutanan, produksi dan pencetakan kertas yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, dikatakan bahwa kertas adalah “salah satu dari sedikit produk yang benar-benar berkelanjutan.”
Organisasi tersebut menyatakan bahwa industri kertas menggunakan skema sertifikasi untuk memastikan bahwa kertas yang diproduksi berasal dari sumber hutan lestari. “Dengan menyediakan pasar yang terus berkesinambungan untuk produksi bahan baku serat yang ditanam secara bertanggung jawab, industri kertas mendorong pemilik lahan untuk mengelola lahan hutan mereka dibandingkan menjualnya untuk pembangunan atau penggunaan non-hutan lainnya.”
Selain pengelolaan hutan, cara lain yang dilakukan industri ini untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan adalah melalui daur ulang. Kertas dapat didaur ulang hingga tujuh kali sebelum seratnya terurai. Banyak penyedia layanan percetakan telah mengadopsi penggunaan kertas daur ulang serta praktik ramah lingkungan lainnya. Banyak percetakan-percetakan di Surabaya maupun di Indonesia sudah menggunakan tinta berbahan dasar nabati dan secara rutin mendaur ulang semua kertas bekas dan pelat cetak.
2. Media cetak untuk promosi itu mahal.
Surat penawaran langsung sebenarnya adalah salah satu bentuk pemasaran termurah untuk dilakukan.
Biaya untuk menyiapkan kampanye surat langsung berkisar antara Rp 800.000 hingga Rp 120.000.000. Bandingkan dengan pemasaran bayar per klik dan pemasaran email yang bisa menghabiskan Rp 60.000.000 hingga Rp 150.000.000. Dalam hal biaya untuk mendapatkan satu pelanggan, penelitian dari Direct Mail Association’s Response Rate Report menyatakan bahwa surat penawaran langsung biayanya cukup kompetitif. Biaya per akuisisi untuk surat langsung adalah sekitar Rp 300.000, dibandingkan dengan seluler dan media sosial seharga Rp 250.000 – 290.000, pencarian berbayar seharga Rp 350.000- 500.000, dan tampilan internet seharga Rp 650.000-800.000.
Manfaat lain dari pemasaran cetak tradisional adalah seiring dengan meningkatnya volume, biaya per item akan turun. Lihatlah harga kartu pos. Mencetak 100 kartu pos akan menelan biaya sekitar Rp 3000 per kartu pos. Namun jika Anda mencetak 1000 kartu pos, biayanya turun menjadi Rp 700 per kartu pos.
3. Cetakan tidak dapat dipersonalisasi.
Tampaknya ada kesan bahwa untuk setiap kali penggunaan mesin cetak, hanya satu desain yang dapat dicetak. Hal ini menimbulkan masalah ketika Anda ingin mempersonalisasi kampanye pemasaran Anda agar sesuai dengan segmen tertentu dari target pasar Anda. Bandingkan dengan email, di mana personalisasi email menjadi mudah.
Dulu hal ini mungkin benar adanya. Namun faktanya, saat ini sebenarnya ada teknologi yang memungkinkan Anda mengubah elemen hasil cetakan Anda, seperti nama penerima, dari satu bagian ke bagian berikutnya. Ini disebut pencetakan data variabel dan memiliki kemampuan untuk mencetak pesan yang dipersonalisasi, bukan hanya satu pesan yang sama ke setiap pelanggan.
4. Pencetakan tidak efektif.
Pemasaran internet mungkin tampak dominan dalam industri periklanan, sehingga banyak orang menganggap pemasaran media cetak tidak efektif. Namun penelitian mengatakan sebaliknya.
Menurut penelitian Nielsen di sektor ritel, “lebih dari separuh pembeli di AS masih memanfaatkan media cetak setidaknya sekali seminggu untuk mencari informasi produk dan penjualan.” 56% konsumen mengandalkan surat penawaran langsung untuk mengumpulkan informasi produk dan penjualan guna membuat keputusan pembelian.
Hal ini tidak berarti bahwa pemasar harus hanya mengandalkan media cetak. Faktanya, laporan Nielsen yang sama menemukan bahwa konsumen mulai beralih ke media digital dan media cetak. “Konsumen lebih banyak menggunakan media cetak dibandingkan digital untuk informasi produk dan penjualan, sementara digital adalah pendorong yang lebih kuat dalam memilih toko.”
Cara terbaik untuk memanfaatkan efektivitas pemasaran lewat media cetak adalah dengan menggunakannya dalam kampanye pemasaran terpadu (berbarengan dengan media digital).